Konsep Sang Hyang Tunggal – Dalam khazanah mitologi Hindu Jawa, terdapat konsep ketuhanan yang mendalam dan kompleks. Salah satu konsep penting yang menjadi pondasi kepercayaan ini adalah Sang Hyang Tunggal.
Diterjemahkan secara harfiah, Sang Hyang berarti “Tuhan Yang Maha Esa”, sedangkan Tunggal berarti “tunggal” atau “satu”. Dengan demikian, Sang Hyang Tunggal secara sederhana dimaknai sebagai Tuhan Yang Maha Esa atau Yang Tunggal.
Konseptualisasi Sang Hyang Tunggal
Konsep Sang Hyang Tunggal tidak serta merta muncul dalam mitologi Hindu Jawa. Ia merupakan hasil dari proses panjang asimilasi dan sinkretisme antara kepercayaan asli Nusantara dengan ajaran Hindu yang masuk ke Nusantara sekitar abad ke-4 Masehi.
Sebelum kedatangan Hindu, masyarakat Nusantara kemungkinan besar menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka menyembah roh leluhur, kekuatan alam, dan berbagai macam dewa-dewi. Ketika Hindu masuk, konsep Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud Brahman mulai dikenalkan. Konsep ini kemudian diadaptasi dan dipadukan dengan kepercayaan lokal, sehingga lahirlah konsep Sang Hyang Tunggal.
Sang Hyang Tunggal sendiri tidak digambarkan dalam bentuk fisik tertentu. Ia lebih dipahami sebagai wujud abstrak, kekuatan tak terhingga yang menjadi asal mula dan penopang segala yang ada di alam semesta. Ia bersifat kekal, tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu, serta menjadi sumber dari segala bentuk kehidupan.
Sang Hyang Tunggal dan Para Dewa
Meskipun diposisikan sebagai Tuhan Yang Maha Esa, konsep Sang Hyang Tunggal dalam mitologi Hindu Jawa tidak serta merta meniadakan keberadaan dewa-dewi lainnya. Dalam konsep Trimurti yang diadopsi dari Hindu, terdapat tiga dewa utama: Brahma (Sang Hyang Brahma) sebagai pencipta, Wisnu (Sang Hyang Wisnu) sebagai pemelihara, dan Siwa (Sang Hyang Siwa) sebagai perusak.
Ketiga dewa ini, beserta para dewa-dewi lainnya, dianggap sebagai manifestasi dari kekuatan Sang Hyang Tunggal. Mereka menjalankan fungsi dan perannya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Penciptaan Alam Semesta menurut Serat Centhini
Salah satu sumber penting yang mengisahkan konsep Sang Hyang Tunggal adalah Serat Centhini, sebuah karya sastra Jawa yang ditulis pada abad ke-17. Serat Centhini menceritakan proses penciptaan alam semesta menurut perspektif Hindu Jawa. Dalam kisah ini, diceritakan bahwa sebelum alam semesta ada, hanya terdapat kekosongan tanpa batas yang disebut “Wakingan”. Di dalam Wakingan tersebut bersemayam Sang Hyang Tunggal.
Dari Wakingan, Sang Hyang Tunggal kemudian memancarkan Nur Cahaya (cahaya ilahi). Nur Cahaya ini kemudian memadat menjadi Wujud (zat) yang selanjutnya berubah menjadi Lokatmala (alam semesta). Proses penciptaan ini diiringi dengan munculnya para dewa-dewi, yang kemudian ditugaskan untuk mengatur dan menjaga Lokatmala.
Sang Hyang Tunggal dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa
Konsep Sang Hyang Tunggal tidak hanya dipahami secara filosofis, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kepercayaan ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti:
- Upacara keagamaan: Dalam upacara keagamaan Hindu Jawa, doa dan persembahan biasanya diawali dengan pemanggilan Sang Hyang Tunggal sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Silsilah para dewa: Para dewa dalam mitologi Hindu Jawa seringkali dikisahkan sebagai keturunan atau emanasi dari Sang Hyang Tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa segala kekuatan dan keberadaan para dewa berasal dari Sang Hyang Tunggal.
- Konsep “manunggaling kawula Gusti” : Konsep ini secara harfiah berarti “bersatunya hamba dengan Tuhan”. Ini merupakan konsep spiritual yang bertujuan untuk mencapai kedekatan dengan Sang Hyang Tunggal melalui persembahyangan, meditasi, dan menjalani kehidupan yang baik.
Perbandingan dengan Konsep Tuhan dalam Agama Hindu
Meskipun konsep Sang Hyang Tunggal memiliki kesamaan dengan konsep Brahman dalam Hindu, terdapat beberapa perbedaan mendasar. Brahman dalam Hindu digambarkan sebagai realitas absolut yang tidak termanifestasikan.
Ia tidak dapat didefinisikan atau dipersonifikasikan. Sedangkan Sang Hyang Tunggal, meskipun dipahami sebagai wujud abstrak, namun ia tetap dianggap sebagai sumber dari segala manifestasi, termasuk para dewa-dewi.
Sang Hyang Tunggal adalah konsep ketuhanan dalam mitologi Hindu Jawa yang berarti “Tuhan Yang Maha Esa”. Konsep ini merupakan hasil asimilasi dan sinkretisme antara kepercayaan asli Nusantara dengan ajaran Hindu. Sang Hyang Tunggal tidak digambarkan dalam bentuk fisik, tetapi dipahami sebagai wujud abstrak, kekuatan tak terhingga yang menjadi asal mula dan penopang alam semesta.
Meskipun Sang Hyang Tunggal merupakan Tuhan Yang Maha Esa, konsep ini tidak meniadakan keberadaan dewa-dewi lain. Para dewa-dewi dianggap sebagai manifestasi dari kekuatan Sang Hyang Tunggal. Konsep ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Jawa, tercermin dalam berbagai aspek seperti upacara keagamaan, silsilah para dewa, dan konsep “manunggaling kawula Gusti”.
Konsep Sang Hyang Tunggal memiliki kesamaan dengan konsep Brahman dalam Hindu, namun terdapat perbedaan dalam hal manifestasi. Brahman digambarkan sebagai realitas absolut yang tidak termanifestasikan, sedangkan Sang Hyang Tunggal dianggap sebagai sumber dari segala manifestasi, termasuk para dewa-dewi.
Konsep Sang Hyang Tunggal menunjukkan upaya manusia untuk memahami dan memaknai keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks budaya Jawa. Konsep ini merupakan bagian penting dari khazanah spiritual dan intelektual masyarakat Jawa yang perlu dilestarikan dan dipelajari.